PROSES TERJADINYA BUMI KITA
TUJUAN
PEMBELAJARAN
Siswa diharapkan
mampu :
@ Menjelaskan teori terjadinya bumi
@ Membandingkan teori terjadinya bumi
@ Mendeskripsikan
proses pembentukan bumi
@ Mendeskripsikan
lapisan bumi
Bumi Sebagai Planet
Suhu rata-rata permukaan bumi adalah 140 C. Para
ilmuwan yakin bahwa hanya bumilah yang atmosfernya memiliki cukup oksigen untuk
mendukung kehidupan.
Bumi
merupakan planet terbesar kelima dengan diameter + 13.000 km (5x
diameter Pluto, planet terkecil. 1/11x diameter Jupiter, planet terbesar). Bumi
berada pada jarak kira-kira 150 juta km dari matahari. Jarak ini disebut
dengan 1 Satuan Astronomi (SA).
Bumi
berputar mengitari matahari dalam waktu 365 hari, 6 jam, 9 menit, 10 detik,
dengan jarak tempuh 958 juta km. Waktu yang diperlukan bumi untuk mengitari
matahari ini disebut 1 tahun bumi. Dalam mengorbit matahari, bumi
bergerak dengan kelajuan rata-rata 107,2 km/jam.
Di
samping begerak mengitari matahari, bumi juga berputar pada porosnya. Waktu
yang diperlukan untuk 1 kali berputar pada porosnya adalah 23 jam, 56 menit,
dan 4 detik yang disebut juga sebagai 1 hari bumi.
PROSES TERJADINYA BUMI
Beberapa teori
dari para ahli yang mengemukakan proses terjadinya bumi, antara lain:
- Hipotesis Kabut Kant-Lapplace
- Hipotesis Planetesimal
- Hipotesis Pasang surut
- Hipotesis Proto Planet
- Hipotesis Bintang Kembar
HIPOTESIS KABUT KANT-LAPPLACE
•
Immanuel Kant (Jerman, 1775)
Awalnya, ruang angkasa hanya
berisi gas-gas. Gas yang bermassa besar menarik gas lain di sekitarnya
membentuk matahari. Bola-bola gas yang saling bertumbukan menimbulkan panas
sehingga terjadi putaran kabut. Kabut mengumpul dan menjadi dingin
hingga akhirnya memadat menjadi planet.
•
Pierre de Lapplace (Prancis, 1796)
Awalnya
kabut dalam ruang angkasa berputar, terjadi gumpalan awan di khatulistiwa.
Material dari pusat putaran pindah ke gumpalan awan membentuk planet yang terus
mengitari pusat massa awal.
Hipotesis
ini banyak mendapat penolakan karena tidak sesuai dengan hukum-hukum fisika
HIPOTESIS PLANETESIMAL
Thomas C. Chamberlin (1843-1928) dan Forest R. Moulton
(1872-1952), keduanya adalah ilmuwan Amerika. Pada tahun 1900 mengemukakan
bahwa Matahari sudah ada sejak awal
sebelum planet terbentuk. Ada
benda langit dekat matahari yang gravitasinya menarik material matahari.
Material matahari yang tertarik menjadi gumpalan (planetesimal) yang terus
berkembang menjadi planet.
Teori ini
ditolak karena material matahari sangat panas sehingga ketika menggumpal akan
segera meledak dan planet tidak mungkin terjadi.
HIPOTESIS PASANG SURUT
Sir James Jeans dan Harold Jaffries, 1917
Teori ini
sangat mirip dengan Teori Planetesimal dimana ada 2 matahari dalam sistem tata
surya. Gaya gravitasi saling menyebabkan terjadinya pasang surut di permukaan
keduanya. Bagian permukaan yang tertarik berpisah dari keduanya dan membentuk
lidah pijar raksasa. Kemudian lidah pijar itu menggumpal dan mendingin
hingga menjadi planet.
HIPOTESIS PROTO PLANET
Carl Von Wiezsaeker (1940) dan G.P. Kuiper (1950)
Kedua ahli menyatakan bahwa tata surya terbentuk dalam waktu
yang bersamaan dari gumpalan awan gas dan debu (hidrogen dan helium). Awan gas
mengalami pemutaran dan pemadatan lalu membentuk seperti cakram. Bagian tengah
mempunyai daya tekan yang besar, terbentuklah matahari. Selanjutnya bagian yang
diselimuti kabut, dan pecah menjadi awan
yang lebih kecil lagi disebut Proto Planet.
HIPOTESIS BINTANG KEMBAR
Fred
Hoyle, 1956
Dalam
tata surya terdapat dua bintang kembar yang salah satunya tidak stabil. Bintang
yang tidak stabil kemudian meledak. Pecahannya lalu mengitari bintang yang satu
lagi. Bintang yang dikelilingi pecahan-pecahan itu adalah matahari dan
pecahan-pecahan yang mengelilinginya
menjadi planet setelah mendingin.
PERKEMBANGAN
TEORI TENTANG MUKA BUMI
Setelah
terbentuk, bumi terus bergerak dan berkembang, sehingga terbentuklah bentangan
alam.
Terdapat
beberapa teori tentang muka bumi, antara lain :
1. Teori Hanyutan
Benua (Continental Drift)
- Teori Laurasia-Gondwana
- Teori Pemekaran Dasar Samudera
- Teori Lempeng Tektonik
TEORI
HANYUTAN BENUA (CONTINENTAL DRIFT)
Alfred
Lothar Wegener (1880-1930) menyatakan bahwa seluruh benua berasal dari 1
daratan, disebut Pangea, dan dikelilingi lautan Thetys.
180 juta tahun yang lalu Pangea terpecah membentuk
daratan baru bernama Gondwana.
135 juta tahun yang lalu Gondwana terpecah membentuk
Kutub Selatan, Australia, Afrika, Amerika, Greenland, dan Eropa.
Penyebab pergeseran benua adalah arus konveksi penghasil
gaya sentrifugal, mengakibatkan bumi cembung ke arah ekuator.
TEORI LAURASIA – GONDWANA
Edward Suess, Austria (1831-1914) menyatakan awalnya di Bumi
hanya ada 2 benua:
•
Laurasia (di Kutub Utara)
•
Gondwana (di Kutub Selatan)
•
Keduanya pecah karena tertarik ekuator. Gondwana
membentuk Amerika Selatan, Australia, India, dan Antartika. Daratan lainnya
terbentuk dari pecahan Laurasia.
TEORI
PEMEKARAN DASAR SAMUDERA
Harry
Hess menyatakan benua terpatri pada basal dasar samudera. Dasar samudera terus
terdesak ke atas dari Astenosfer yang
panas. Terjadi pemekaran dasar samudera dengan kecepatan 1,5-10 cm per tahun.
Pemekaran
didorong oleh panas bumi yang menimbulkan arus konveksi.
TEORI LEMPENG TEKTONIK
Jason
Morgan, Amerika (1987) – menyatakan terdapat
lempeng di dalam kerak bumi. Lempeng itu terapung-apung di atas mantel
bumi. Arus konveksi yang kuat dalam Astenosfer menggerakkan lempeng-lempeng itu
di permukaan bumi. Pergerakan lempeng-lempeng itu mengakibatkan pergeseran
benua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar