Sabtu, 01 April 2017

PROSES TERJADINYA BUMI KITA



PROSES TERJADINYA BUMI KITA

TUJUAN PEMBELAJARAN
Siswa diharapkan mampu :
@  Menjelaskan teori terjadinya bumi
@  Membandingkan teori terjadinya bumi
@  Mendeskripsikan proses pembentukan bumi
@  Mendeskripsikan lapisan bumi


Bumi Sebagai Planet
Suhu rata-rata permukaan bumi adalah 140 C. Para ilmuwan yakin bahwa hanya bumilah yang atmosfernya memiliki cukup oksigen untuk mendukung kehidupan.

Bumi merupakan planet terbesar kelima dengan diameter + 13.000 km (5x diameter Pluto, planet terkecil. 1/11x diameter Jupiter, planet terbesar). Bumi berada pada jarak kira-kira 150 juta km dari matahari. Jarak ini disebut dengan 1 Satuan Astronomi (SA).
Bumi berputar mengitari matahari dalam waktu 365 hari, 6 jam, 9 menit, 10 detik, dengan jarak tempuh 958 juta km. Waktu yang diperlukan bumi untuk mengitari matahari ini disebut 1 tahun bumi. Dalam mengorbit matahari, bumi bergerak dengan kelajuan rata-rata 107,2 km/jam.
Di samping begerak mengitari matahari, bumi juga berputar pada porosnya. Waktu yang diperlukan untuk 1 kali berputar pada porosnya adalah 23 jam, 56 menit, dan 4 detik yang disebut juga sebagai 1 hari bumi.

PROSES TERJADINYA BUMI
Beberapa teori dari para ahli yang mengemukakan proses terjadinya bumi, antara lain:
  1.  Hipotesis Kabut Kant-Lapplace
  2.  Hipotesis Planetesimal
  3.  Hipotesis Pasang surut
  4.  Hipotesis Proto Planet
  5.  Hipotesis Bintang Kembar
HIPOTESIS KABUT KANT-LAPPLACE
          Immanuel Kant (Jerman, 1775)
                Awalnya, ruang angkasa hanya berisi gas-gas. Gas yang bermassa besar menarik gas lain di sekitarnya membentuk matahari. Bola-bola gas yang saling bertumbukan menimbulkan panas sehingga terjadi putaran kabut. Kabut mengumpul dan menjadi dingin hingga akhirnya memadat menjadi planet.
          Pierre de Lapplace (Prancis, 1796)
                Awalnya kabut dalam ruang angkasa berputar, terjadi gumpalan awan di khatulistiwa. Material dari pusat putaran pindah ke gumpalan awan membentuk planet yang terus mengitari pusat massa awal.
Hipotesis ini banyak mendapat penolakan karena tidak sesuai dengan hukum-hukum fisika
HIPOTESIS PLANETESIMAL
Thomas C. Chamberlin (1843-1928) dan Forest R. Moulton (1872-1952), keduanya adalah ilmuwan Amerika. Pada tahun 1900 mengemukakan bahwa  Matahari sudah ada sejak awal sebelum planet terbentuk. Ada benda langit dekat matahari yang gravitasinya menarik material matahari. Material matahari yang tertarik menjadi gumpalan (planetesimal) yang terus berkembang menjadi planet.
Teori ini ditolak karena material matahari sangat panas sehingga ketika menggumpal akan segera meledak dan planet tidak mungkin terjadi.
HIPOTESIS PASANG SURUT
Sir James Jeans dan Harold Jaffries, 1917
Teori ini sangat mirip dengan Teori Planetesimal dimana ada 2 matahari dalam sistem tata surya. Gaya gravitasi saling menyebabkan terjadinya pasang surut di permukaan keduanya. Bagian permukaan yang tertarik berpisah dari keduanya dan membentuk lidah pijar raksasa. Kemudian lidah pijar itu menggumpal dan mendingin hingga menjadi planet.
HIPOTESIS PROTO PLANET
Carl Von Wiezsaeker (1940) dan G.P. Kuiper (1950)
Kedua ahli menyatakan bahwa tata surya terbentuk dalam waktu yang bersamaan dari gumpalan awan gas dan debu (hidrogen dan helium). Awan gas mengalami pemutaran dan pemadatan lalu membentuk seperti cakram. Bagian tengah mempunyai daya tekan yang besar, terbentuklah matahari. Selanjutnya bagian yang diselimuti kabut, dan pecah  menjadi awan yang lebih kecil lagi disebut Proto Planet.
HIPOTESIS BINTANG KEMBAR
Fred Hoyle, 1956
Dalam tata surya terdapat dua bintang kembar yang salah satunya tidak stabil. Bintang yang tidak stabil kemudian meledak. Pecahannya lalu mengitari bintang yang satu lagi. Bintang yang dikelilingi pecahan-pecahan itu adalah matahari dan pecahan-pecahan yang mengelilinginya  menjadi planet setelah mendingin.

PERKEMBANGAN TEORI TENTANG MUKA BUMI
Setelah terbentuk, bumi terus bergerak dan berkembang, sehingga terbentuklah bentangan alam.
Terdapat beberapa teori tentang muka bumi, antara lain :
1. Teori Hanyutan Benua (Continental Drift)
  1.  Teori Laurasia-Gondwana
  2.  Teori Pemekaran Dasar Samudera
  3.  Teori Lempeng Tektonik
TEORI HANYUTAN BENUA (CONTINENTAL DRIFT)
Alfred Lothar Wegener (1880-1930) menyatakan bahwa seluruh benua berasal dari 1 daratan, disebut Pangea, dan dikelilingi lautan Thetys.
180 juta tahun yang lalu Pangea terpecah membentuk daratan baru bernama Gondwana.
135 juta tahun yang lalu Gondwana terpecah membentuk Kutub Selatan, Australia, Afrika, Amerika, Greenland, dan Eropa.
Penyebab pergeseran benua adalah arus konveksi penghasil gaya sentrifugal, mengakibatkan bumi cembung ke arah ekuator.

TEORI LAURASIA – GONDWANA
Edward Suess, Austria (1831-1914) menyatakan awalnya di Bumi hanya ada 2 benua:
          Laurasia (di Kutub Utara)
          Gondwana (di Kutub Selatan)
          Keduanya pecah karena tertarik ekuator. Gondwana membentuk Amerika Selatan, Australia, India, dan Antartika. Daratan lainnya terbentuk dari pecahan Laurasia.

TEORI PEMEKARAN DASAR SAMUDERA
Harry Hess menyatakan benua terpatri pada basal dasar samudera. Dasar samudera terus terdesak ke atas dari  Astenosfer yang panas. Terjadi pemekaran dasar samudera dengan kecepatan 1,5-10 cm per tahun.
Pemekaran didorong oleh panas bumi yang menimbulkan arus konveksi.
TEORI LEMPENG TEKTONIK
Jason Morgan, Amerika (1987) – menyatakan terdapat  lempeng di dalam kerak bumi. Lempeng itu terapung-apung di atas mantel bumi. Arus konveksi yang kuat dalam Astenosfer menggerakkan lempeng-lempeng itu di permukaan bumi. Pergerakan lempeng-lempeng itu mengakibatkan pergeseran benua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar